Oleh: Bidang Agitasi dan Propaganda
Sebaliknya, area lain di luar zona nyaman adalah tempat yang bisa menimbulkan stres dan rasa cemas. Tempat tersebut penuh dengan risiko dan banyak hal yang tidak pasti. Kita pun tidak dapat mengira-ngira bagaimana cara merespons hal baru tersebut, meski begitu, stres sebetulnya tidak selalu buruk. Stres yang sehat justru dapat menjadi motivasi bagi kita untuk berkembang menjadi lebih baik, pintar, atau sukses. Stres juga membantu kita menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan ringkas. Penulis berkeyakinan bahwa, berada dalam zona nyaman memang membuat kita bekerja dengan stabil, tapi keluar dari zona nyaman bisa meningkatkan hasil pekerjaan kita. Dunia luar memang penuh dengan tekanan. Namun, kita dapat memperoleh hasil dan manfaat yang lebih besar.
Mahasiswa Dalam Zona Nyaman
Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari sumber daya manusia Indonesia dan sekaligus merupakan aset bangsa yang kelak akan menjadi generasi penerus dalam pembangunan bangsa. Di sisi lain mahasiswa merupakan insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika dan bagian dari generasi-generasi muda yang terlatih sebagai pelaku sejarah yang ikut berperan dan menentukan sejarah perkembangan bangsa Indonesia. Akan tetapi di era modernisasi keberadaan mahasiswa sebagai pemuda yang terdidik justru lupa dan bahkan tidak tau akan peran dan fungsinya dalam menjadi tulang punggung untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Hal ini mereka lakukan seakan-akan mereka tidak mau menjadi selayaknya mahasiswa yang didambakan oleh masyarakat, untuk memperjuangkan harkat dan martabat untuk kemajuan negara Indonesia.
Para mahasiswa dalam kehidupannya lebih cenderung tertarik dalam zona nyaman yaitu seperti pragmatisme, hedonis, dan mereka menganggap kehidupan seperti itulah yang mereka inginkan. Melihat fenomena tersebut memang sangat ironis, pemuda sebagai pemegang tonggak estafet, sekarang justru hilang akan jati dirinya, hilang akan jiwa nasionalismenya. Padahal sebagai kaum intelektual sepantasnya mahasiswa memberikan perubahan bagi sekitarnya, baik dalam bentuk sosial, keilmuan, dan lain sebagainya. Dalam masalah keilmuan sebagai mahasiswa jangan sampai menutup diri dalam perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan juga harus mencarinya sampai kemanapun dan yang paling penting adalah mengamalkannya karena itu adalah salah satu diantara cara untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat, sama seperti masalah keilmuan, masalah sosialpun mahasiswa harus peka terhadap perubahan lingkungan sekitarnya, jangan menutup diri atau mempunyai rasa “bodo amat”.
Pada sebuah perguruan tinggi terdapat berbagai macam organisasi baik yang intra maupun yang ekstra, dimana mereka memiliki fungsi dan peran masing-masing sesuai dengan bidang yang menjadi fokus kajiannya. Dalam mengembangkan dirinya, mahasiswa tidak hanya bisa memanfaatkan ruang kuliah sebagai tempat belajar, karena mahasiswa sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan mahasiswa lain, interaksi tersebut dapat dilakukan dengan aktif dalam organisasi atau lazim dikenal dengan istilah organisasi kemahasiswaan. Berhimpun dalam organisasi kemahasiswaan juga merupakan sarana belajar bagi setiap mahasiswa untuk bisa mengembangkan kemampuan intelektual, kemampuan sosial dan kemampuan religiusnya. Organisasi dipandang sebagai wadah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Organisasi pun merupakan wadah daripada sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan sebagai wadah atau tempat dimana administrasi dan manajemen dijalankan yang memungkinkan administrasi dan manajemen bergerak sehingga memberi bentuk pada administrasi dan manajemen. Begitu banyak organisasi yang ada muncul dan berkembang di perguruan tinggi saat ini. Fenomena seperti ini bukan lagi sebuah hal yang baru, sudah sejak lama sekali organisasi itu lahir dan berkembang.
Selain itu juga dengan adanya organisasi kemahasiswaan diharapkan mampu mendidik mahasiswa untuk bisa menjadikannya para calon agent of change, social control, dan iron stock dalam roda penggerak untuk peradaban zaman. Lebih dari itu dengan organisasi kemahasiswaan, bisa menjadikan mahasiswa mampu berpikir kritis, responsif, dewasa dan ide-ide cerdas yang dapat memecahkan permasalahan yang sedang terjadi di negara ini.
Perjuangan Mahasiswa yang kian “Meredup”
Berbicara soal sejarah, mahasiswa sangat lekat dengan perjuangan negara Indonesia agar memerdekakan negara ini dari para penjajah. Nama-nama seperti Soekarno, Hatta, Tan Malaka dkk lainnya merupakan pelajar yang mempunyai peran penting dalam perjuangan untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa-peristiwa yang masuk dalam sejarah Indonesia sebelum dan pasca kemerdekaan didominasi oleh keterlibatan mahasiswa hingga banyak pertumpahan darah yang terjadi untuk melawan penjajah luar seperti Belanda dan Jepang serta pemerintahan di negeri sendiri. Mulai dari 1901 yang merupakan cikal-bakal mahasiswa, 1908 berdirinya organisasi pemuda pertama yakni Boedi Oetomo dan sekaligus mendorong pemuda lain untuk mendirikan organisasi di Hindia-Belanda (nama sebelum merdeka), periode 1915-1918 berdirinya organisasi kepemudaan di tiap daerah kala itu seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Celebes dll, periode 1924-1928 diadakannya kongres kepemudaan dengan tujuan mewujudkan cita-cita kemerdekaan negara Indonesia dan terciptanya Sumpah Pemuda, hingga tahun 1945 yang penuh perjuangan serta tumpah darah kala itu hingga akhirnya Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Pasca kemerdekaan, isu mulai bermunculan bahwasannya pemerintahan Indonesia kala itu ada yang tidak beres. Mulai dari periode 1965-1966 yang memiliki sejarah kelam pembunuhan 7 jenderal dan 1 perwira dan menuduh PKI yang kala itu merupakan partai terkuat di Indonesia sebagai dalang peristiwa ini, adanya Supersemar (surat perintah sebelas maret) sebagai jalan agar Soeharto naik sebagai presiden kedua menggantikan Soekarno serta mulai bermunculan organisasi ekstra kampus untuk melawan ketidakadilan yang terjadi. Kemudian periode 1971-1972 terjadi kecurangan pemilu kedua dan berbagai aksi demonstrasi dilakukan oleh Mahasiswa, peristiwa 1977-1978 mulai adanya kebijakan NKK/BKK (NKK: Normalisasi Kehidupan Kampus, BKK: Badan Koordinasi Kemahasiswaan) yang membuat gerakan aksi Mahasiswa kala itu menjadi terkekang lewat isi NKK/BKK tersebut. Tahun 1998 adalah puncak aksi demonstrasi Mahasiswa untuk menurunkan Presiden Soeharto yang menurut pandangan orang adalah pemimpin otoriter setelah berkuasa selama 32 tahun lamanya yang penuh kontroversi. Sejarah menjadi saksi perjuangan Mahasiswa agar negara ini lebih baik lagi kedepannya.
Pasca 1998, gerakan mahasiswa kini lebih minim padahal kalau dilihat dari isu yang berkembang sampai saat ini, banyak rakyat yang mulai mengeluh dan keberatan dengan kebijakan pemerintahan yang sekarang. Jika dilihat seksama, kejadian ini tidak jauh dari peristiwa-peristiwa sebelumnya. Hanya semangat juang mahasiswa zaman sekarang yang kian berkurang. Kebijakan NKK/BKK menjadi asal mula mahasiswa menjadi terfokus di kegiatan dalam kampus, baik itu akademik maupun hanya sebatas pertarungan organisasi intra kampus.
Di lihat dari sejarah yang ada bahwasannya perjuangan yang terjadi tidak terlepas dari para mahasiswa yang tidak hanya berdiam diri dan berani keluar dari zona nyaman. Tanggung jawab yang di emban mahasiswa tidaklah gampang namun perjuangan yang dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan.
Simpul dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai mahasiswa, bahwasanya ada kewajiban yang justru jauh lebih besar dan lebih berat dan harus kita tunaikan selama kita menjadi mahasiswa. Yang paling penting adalah kesiapan kita untuk terjun ke dunia masyarakat, belajar nilai-nilai kehidupan dan juga mempersiapkan diri untuk menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas karena setelah lulus dari kampus, kita akan berhadapan dengan kehidupan yang sebenarnya. Mahasiswa memilki posisi yang sangat berat namun sangat strategis dan sangat menentukan dalam kehidupan sosial. Berat bagi mereka yang pesimis terhadap perubahan, stategis bagi mereka yang mampu memerankan peran-peran sosial, bukan zamannya lagi untuk sekedar menjadi pelaku pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi, tetapi harus mewarnai perubahan tersebut dengan warna masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut adalah benar-benar yang adil dan makmur.
0 Komentar