Oleh: Pria Ubaydillah (Ketua Umum PMII Politeknik Negeri Manado Periode 2021-22)
Siapakah lawan PMII hari in?
Dan tawaran apa yang akan PMII berikan untuk bangsa dan negara?
PMII Dalam Wilayah Fakultas Teknik Dan Siapakah Musuh Kita?
Pada umumnya
latar belakang ilmu teknik selalu identik dengan hal yang berbau kepastian dan
ditambah dengan dalil penguatnya yaitu, Kumpulan
rumus. Hal ini yang membenarkan bahwa mahasiswa teknik adalah penganut
teori “Ockham Razzor” (pisau cukur Ockham) dari William Ockham, yang di mana
jika dihadapkan pada banyaknya penjelasan terhadap suatu fenomena, maka
pilihlah versi yang paling sederhana. Jargon yang ada ialah “kalau ada yang
gampang, kenapa cari yang susah?”. Dibuktikan dengan bagaimana mahasiswa teknik
menyelesaikan hal yang berbau matematis. Hal ini juga yang memperkuat kenapa
mahasiswa ilmu teknik cenderung mengarah ke extrimis,
bahkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut bahwa
fakultas eksakta (ilmu teknik bagian dari fakultas eksakta) dan fakultas
kedokteran paling rentan disusupi paham radikal. Memang terdengar klise tapi
fakta yang terjadi dilapangan seperti itu, karena terbiasa dengan sesuatu
yang serba hitam-putih, dan serba benar
atau salah.
Dengan ini
sebenarnya sudah sangat terlihat bahwa siapa lawan atau musuh PMII hari ini.
Nilai-nilai ruh PMII akan menghadapi tantangan dan akan terus merasa tertantang
jika dibenturkan dengan hal ini, akan ada proses diskusi panjang dimulai dari
pembukaan cakrawala berfikir soal Aswaja yang kental dengan nilai ideologisnya,
prinsip-prinsipnya, dan pandangan historisnya. Sudah takdir dari PMII yang
berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah untuk terus berhadapan dengan lawan yang tidak
akan pernah mati ini. Bukankah kita punya tanggungjawab terhadap penanaman
nilai-nilai keIslaman yg dalam hal ini Aswaja, dan Keindonesiaan? Sudah
sewajibnya PMII untuk terus mewawas diri, bahwa tantangan tidak akan pernah
berhenti dan musuh akan terus ada, bahkan mungkin berlipat ganda.
Paradigma Menggiring Arus Berbasis Realita dan Sebuah Tawaran
Paradigma menurut Thomas Kuhn
adalah cara meninjau atau pandang benda-benda, asumsi-asumsi yang dipakai
bersama, yang mengatur pandangan dari suatu zaman dan pendekatannya atas
masalah-masalah ilmiah. Simpelnya
paradigma adalah sebuah ‘iman’ seseorang atau pegangan hidup manusia dalam
mengarungi kehidupan berkelompok, bermasyarakat, dan berbangsa. Dengan paradigma manusia dapat beradaptasi
atau bahkan menolak hidup bersama. Dengan paradigma pula manusia dapat
menemukan jati dirinya, mengenal fungsinya, dan tahu akan hak kewajibannya
dalam berkelompok(1).
Paradigma Menggiring Arus
Berbasis Realita yang dicetuskan pada masa kepengurusan sahabat Heri Harianto
Azumi (2006-2008) menawarkan sebuah gerakan yang rapi dengan salah satu implementasinya ialah berada pada wilayah perebutan (warring positions). Dengan kata lain paradigma yang identik dengan
jargonnya “masuk melalui pintu mereka, keluar melalui pintu kita” mengandaikan
bahwa untuk mengubah sebuah sistem maka kita harus terlebih dahulu bertarung
hingga berada dalam sistem tersebut, dengan tidak melupakan terbentuknya faktor-faktor produksi dan distribusi.
Dengan jelasnya tentang siapa
lawan atau musuh PMII serta jelasnya cara pandang dan tindakan apa yang harus
diambil oleh PMII, adalah sebuah tawaran untuk segera mengimplementasikannya.
Sebagai contoh dalam menghadapi mahasiswa atau kelompok-kelompok extrimis, adalah sebuah tugas dari
anggota ataupun kader PMII terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan di dalam
kampus untuk membendung narasi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dari Aswaja
juga untuk mendakwahkan citra Islam yang bernuansa Rahmatan Lil Alamin. Sekalipun demikian, sekali-lagi ada faktor
produksi yang tetap harus dipertimbangkan dan dipegang teguh ialah pendistribusian
anggota ataupun kader haruslah sudah pantas berada pada posisi tersebut, bukan
semata terjebak pada heroisme sesaat dan kemudian mati tanpa
meninggalkan apa-apa selain kemasyhuran dan kebanggaan diri belaka. Adapun
dengan tersebarnya para anggota PMII di ranah dunia kerja, bukan berarti
implementasi dari Aswaja pun berakhir sudah. Anggota-anggota PMII yang sudah
berada di lingkup pekerjaan pun mengemban tugas yang sama yaitu menyebarkan
paham-paham Aswaja, sebagai contoh melestarikan tradisi-tradisi Nahdliyin
seperti Tahlilan, Yasinan, Dzikir, atau mengajak para guru atau ulama NU dalam
mendakwahkan prinsip Aswaja demi menjaga nuasa KeIslaman di lingkungan
kerjanya.
Selama lawan belum mati, maka PMII juga tidak boleh mati.
Selama musuh masih ada, maka PMII juga harus tetap ada. Sejatinya ada banyak
sekali tantangan yang sudah ada di depan mata PMII, entah disadari atau tidak
juga entah akan dianggap sebagai musuh ataupun juga lawan. Demikian dapat
dikatakan bahwa pergerakan PMII tidak akan pernah berakhir, begitupun dengan
refleksi dan proyeksinya.
Daftar
Referensi
0 Komentar