Oleh: Satria Farhan
Sebagai manusia kita tidak bisa memilih
dilahirkan seperti apa, menjadi apa, lahir dimana, dan dalam keadaan apa kita
dilahirkan. Tapi Sang pencipta memberikan sebuah bekal yang cukup berharga,
biasa disebut sebagai ‘akal’ untuk memilih beberapa pilihan yang ditetapkan
oleh Sang Pencipta itu sendiri dalam skenario-Nya. Kau yang memutuskan kau yang
bertanggung jawab, itu yang kita sebut ‘Sebab Akibat’.
Sebelum lanjut saya cuma sedikit menekankan bahwa ini bukanlah tulisan tentang ilmu pengetahuan, bukan juga tentang rumus-rumus matematika maupun fisika apalagi kimia, bukan juga tulisan biografi tokoh besar dalam sejarah manapun, tetapi ini hanyalah sebuah tulisan sederhana tentang apa yang saya ingin tuliskan. Jika teman-teman ingin mengharapkan tulisan ini sebagai jenis tulisan yang saya cantumkan di atas, lebih baik teman-teman berhenti di sini karena tulisan ini tidak akan memuaskan dahaga teman-teman sekalian. Apalagi dari beberapa orang yang mungkin kurang-kurang…..
Okee terlebih dahulu saya perkenalkan sosok sebelah kiri dalam foto di atas. Kupanggil dia dengan sebutan ‘Om Jhon’, pria paruh baya lebih tepatnya kelahiran 24 Juni 1962. Lahir di Kota Bitung, Sulawesi Utara, Indonesia. Beliau adalah juru parkir di sebuah mini market yang menggratiskan lahan parkirnya lewat tulisan tembok ‘PARKIR GRATIS’. Apakah kalian akan membayarkan biaya parkir ketika tertulis keterangan seperti itu? Tentunya banyak yang tidak akan membayarkannya karena untuk beberapa orang uang Rp.2000 itu cukup berharga untuk diberikan kepada seorang juru parkir. Walaupun anehnya banyak orang yang memposting foto membantu anak yatim tapi tidak mau berbagi dengan orang kecil yang lain.
Om Jhon tinggal hidup seorang diri, dikaruniai 2 orang putri yang telah merantau pergi dan tak pernah menghubungi lagi. Istri tercinta juga telah pergi, dipanggil oleh Sang Pemanggil, meninggalkan Om Jhon sendirian berkeringat saat kepanasan dan mengigil dalam kedinginan. Tetapi Om Jhon tetap bisa mempertahankan senyuman saat kujumpai sedang duduk menunggu motor dan mobil hendak meninggalkan mini market tersebut, dengan mengharapkan sejumlah uang untuk meneruskan tanggung jawabnya atas pilihan yang telah beliau pilih. Beliau berkata seraya menikmati sebotol kopi dan sebatang rokok yang saya bawa, “Itu uang mereka, terserah mereka akan memberikannya atau tidak. Itu bukan hak kita,” tegasnya. Teringat langsung sebuah teori sederhana tentang kehidupan dalam buku ‘Filosofi Teras – Karya, Henry Manampiring’.
Beliau adalah salah satu dari beberapa
orang-orang kecil yang mampu bersyukur dalam proses hidup, salah satu tokoh
yang bisa dijadikan cermin tentang rasa syukur, salah satu tokoh yang bisa
memanfaatkan modal yang Sang Pencipta berikan untuk meneruskan jalan yang
beliau pilih, tidak memasrahkan tubuh untuk duduk dan meminta dari orang lain.
Saya juga percaya dia adalah orang yang percaya akan Tuhan-Nya, dilihat dari dia menampakkan sebuah simbol kalung Salib yang dikenakannya untuk mempertegas dia beragama Kristen dan sebuah pernyataan ketika saat saya ingin mengajak dia untuk menyimpan momen dalam sebuah jepretan kamera, “Tunggu saya ingin memperlihatkan kalung Salib saya sebelum berfoto,” ungkapnya.
Saya juga belajar banyak hal tentang toleransi
umat beragama dari dirinya dalam beberapa saat duduk dengannya.
Sosok Om Jhon juga perlu diperhatikan oleh pemerintah, oleh kelompok-kelompok yang mendeklarasikan berdiri bersama rakyat kecil, dan oleh semua orang. Om Jhon bukan satu-satunya, masih banyak orang-orang kecil yang sudah lama kehilangan alasannya untuk hidup tetapi masih berani untuk menuntaskan sebuah tanggung jawab dari pilihan yang mereka pilih. Terpikir juga harus sering berkaca dengan orang-orang kecil seperti Om Jhon dan lainnya, membuka dialog dengan mereka lewat cara-cara sederhana, jangan hanya ingin diskusi di aula kampus, tempat kopi, dan yang lainnya.
Satu hal yang menjadi ingatan, “Ilmu itu
datang dari mana saja. Buatlah semua orang yang kau temui sebagai guru dan
buatlah semua tempat yang kau kunjungi sebagai sekolah.”
Sebaiknya
kita lanjutkan dan selesaikan proses hidup masing-masing lewat jalan
yang telah dipilih.
Terimakasih telah menjadi orang-orang yang baik.
0 Komentar