Oleh : Erlangga A.M Ridwan
Kaderisasi bagi mahasiswa eksakta di
organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terus-menerus menjadi
pembahasan sampai perdebatan di banyak warga pergerakan entah itu di lingkaran anggota
maupun kader (Mujahid) yang mengurus rayon, komisariat, maupun cabang. Bisa
dikatakan anggota maupun kader yang berada di kampus atau lingkungan yang
mempunyai dasar keilmuan eksakta menjadi seperti bola liar ketika posisi
organisasi belum adanya solusi tentang metode pengembangan dan pemberdayaan
sumber daya manusia (sdm) yang sesuai dengan mereka yang mempunyai latar belakang eksakta. Penulis dan
mungkin warga pergerakan lainnya yang berkuliah di kampus berbasis keilmuan
eksakta merasa kesulitan ketika kita yang berkuliah di kampus eksakta kemudian
hadir dan berproses di PMII dan mengikuti pola kaderisasi yang telah ditentukan
PMII.
Ada yang harus kita ketahui tentang hakikat
kaderisasi sebenarnya, seperti tentang apa manfaat bagi anggota? Kita perlu
ketahui bahwa di Indonesia sudah banyak perguruan tinggi, tepatnya ada 4641
perguruan tinggi itu sudah termasuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, universitas, akademi komunitas. Tetapi, output atau lulusan dari
perguruan tinggi di Indonesia hanya 7% yang berkarier secara garis lurus dengan
bidangnya. Ada beberapa faktor besar yang mempengaruhi hal tersebut. Dalam
kancah dunia pekerjaan, dibutuhkan seperti skill dalam bidang yang ditekuni
waktu di perguruan tinggi, sedangkan dalam ranah kampus tersendiri, teori buku
yang terus-menerus “dimakan” tanpa “dicerna” dan hanya sedikit yang di olah.
Apabila kita gali lebih detail lagi, 7% tersebut dijadikan 100%, 30%
diantaranya diambil oleh akademi Negara seperti Sekolah Tinggi Pajak, Tentara,
Polisi dan lain-lain.
Kampus atau perguruan tinggi yang berbasis
keilmuan eksakta mempunyai tujuan yang di mana menunjang pada penguasaan
keahlian terapan tertentu, kampus eksakta juga bertujuan menciptakan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas yaitu mahasiswa yang memiliki skill atau
kemampuan yang ahli dan siap turun ke lapangan pekerjaan. Berbeda dengan sistem
kampus lain seperti kampus humaniora yang mengutamakan penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan lainnya.
Penulis melihat
hari ini PMII dihadapkan persoalan pola kaderisasi yang cocok secara
keseluruhan untuk diberikan kepada mahasiswa yang mempunyai basis keilmuan
eksakta. PMII di eksakta menjadi pokok persoalan pola kaderisasi PMII semenjak
beberapa tahun yang lalu, hari ini, dan bisa jadi untuk beberapa tahun kedepan
dan berkenaan dengan adanya pola kaderisasi yang tak efektif jika diaplikasikan
ke anggota yang mempunyai dasar ilmu eksakta
Mengapa perlu
adanya pengembangan pola kaderisasi sesuai dengan dasar ilmu eksakta? Karena
anggota PMII yang berada di kampus eksakta sendiri memiliki warna dan
karakteristik yang berbeda dengan kampus yang mempunyai dasar ke-ilmuan
humaniora dan melihat secara sekilas PMII yang menekankan tentang ilmu
ke-agamaan dan ilmu ekonomi-sosial yang mengakibatkan kurangnya minat beberapa
anggota yang mempunyai minat lebih pada ilmu eksakta untuk berproses di PMII.
Dari dinamika seperti ini harus adanya pengembangan pola kaderisasi mengikuti
minat maupun bakat dari warga pergerakan yangn mempunyai dasar ilmu eksakta.
Dari penulis berkeyakinan bahwa PMII bukanlah organisasi yang hanya bertujuan melahirkan kader yang bisa berpotensi menjadi politikus, jurnalis, maupun agamawan, melainkan melahirkan kader yang bisa menjadi peneliti tenaga nuklir atau menjadi hacker untuk intelejen negara maupun menjadi ahli di seluruh aspek ke-ilmuan salah satunya ilmu eksakta. Untuk itu diperlukan pengembangan pola kaderisasi yang diterapkan selaras dengan ilmu-ilmu eksakta agar PMII sesuai dengan doa dari setiap anggotanya yang semoga terealisasi, panjang umur pergerakan.
Problematika
Kaderisasi di Ranah Eksakta
Kaderisasi eksakta merupakan salah satu contoh yang dimana sejatinya, konsep kaderisasi eksakta sudah pernah dibahas dan termaktub dalam PO hasil dari MUSPIMNAS PMII 2012 yang dimana ada berbagai hal yang menggambarkan bahwa PMII sudah mulai membahas dan membaca bahwa betapa pentingnya kaderisasi berbasis profesi. Dimana diharapkan kedepan, kader-kader PMII mampu menguasai sektor strategis di pemerintahan maupun non-pemerintahan yang menentukan kebutuhan ataupun keperluan orang banyak, seperti Kementrian ESDM, Kementrian Kesehatan, Industri pangan, Pertanian, Teknologi, dan lain-lain. Kader-kader alumni PMII jika dilihat masih hanya mendominasi sector-sektor non-strategis di Kementrian Agama, Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum, dan Industri menengah kebawah. PMII selaku wadah kolektif Khalifatul Fil Ardhi (seorang khalifah di bumi) dituntun utnuk membaca dan merealisasikan penguasaan sector-sektor strategis tersebut kedepan.
Dari referensi di atas, penulis berfikir bahwa
konsep kaderisasi berbasis keprofesian ini harus kemudian menjadi ruh
kaderisasi PMII hari ini sehingga pada hari ini dan masa yang akan datang mampu
menciptakan kader-kader unggul yang mampu memberikan kontribusi yang lebih
menuju mewujudkan tujuan PMII seperti yang termaktud dalam tujuan PMII yaitu
“Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi
luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan serta komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.”
Menurut Anggaran Dasar (AD) Bab IV Pasal 8 tentang Skema Pengembangan Kaderisasi bahwa skema pengembangan kaderisasi disesuaikan dengan kebutuhan tuntutan dan perkembangan zaman. Dari ketiga hal tersebut yang bisa dilakukan adalah menyesuaikan formula kaderisasi ataupun pola kaderisasi dengan lingkungan warga pergerakan dengan basis keilmuan eksakta di kampus eksakta. Penulis sebagai mahasiswa eksakta merasakan memiliki banyak tugas praktikum dan terkadang menjadi penghambat untuk memaksimalkan proses di PMII. Maka dari itu baiknya jika pengurus rayon sebagai sumber dari kaderisasi menciptakan solusi yang dapat memudahkan mahasiswa di kampus eksakta dapat berproses di PMII dengan maksimal sekaligus membantu lancarnya perkuliahan mahasiswa. Diskusi maupun Kajian menjadi suatu yang sangat lekat dengan PMII, maka dari itu menjadi sesuatu yang sangat membantu ketika diskusi maupun kajian tentang hal-hal ideologis PMII diselipkan sedikit tentang ilmu-ilmu eksakta. Dengan dihadirkannya ilmu-ilmu eksakta ketika diskusi maupun kajian tentang hal-hal ideologis PMII dapat membantu mutu ataupun kualitas anggota berproses dalam hal memahami hal-hal ideologis PMII dan dasar keilmuan eksakta agar tak terjadinya –kader-kader PMII di ranah eksakta mengalami maju-mundur untuk terus berproses.
Dari apa yang penulis lihat selama berproses di PMII ketika membahas formula kaderisasi di ranah eksakta masih terus menjadi perbincangan panjang, selama berjalannya waktu dan pergantian kepengurusan selalu merombak formula kaderisasi yang ada agar terciptanya rumusan yang ideal bagi warga pergerakan di kampus eksakta. Mungkin yang menjadi pengurus rayon bisa menawarkan ataupun mengalihkan wacana kepada mahasiswa di kampus eksakta dengan mengenalkan pada tokoh-tokoh seperti : Watt, Newton, Tesla, Faraday, Ohm dan banyak lagi, yang bisa dibilang nama-nama yang tidak asing di telinga anggota eksakta. Sehingga para anggota PMII di kampus eksakta mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi akan dimensi keilmuan yang ditekuni serta mampu melihat ilmu eksakta secara kritis dengan memadukan pendidikan ilmu eksakta dan ilmu-ilmu di PMII.
Kaderisasi Eksakta : Formulasi Maintenance (Pengembangan)
Apabila ditinjau dari prosesi kaderisasi yang dilakukan dimana ada tahap recruitment, maintenance, dan positioning. Sejatinya yang paling kita perlu kaji mendalam adalah how to maintenance? Bagaimana merawat dan memberdayakan anggota? Misalnya, ketika berbicara tahap recruitment, kader-kader PMII sudah memiliki retorika yang manis untuk membujuk rayu mahasiswa baru untuk direkrut, terlihat dari berapa jumlah peserta yang di rekrut yang selalu tinggi. Namun kemudian menurun dalam prosesi selanjutnya yang menurut penulis diakibatkan oleh adanya miss communication dalam formulasi pemberdayaan atau maintenance. Berbicara positioning, akan sangat mudah ketika proses maintenance sudah tuntas.
Maintenance anggota inilah yang kemudian bisa kita susupi atau selipkan aspek-aspek ideologis dan pengembangan keprofesian dengan asas ilmu alam-sosial apabila konteksnya adalah mahasiswa-eksakta. Maintenance angggota eksakta bisa dilakukan dengan berbagai macam formulasi, namun penulis menawarkan 3 formulasi yang dimana mungkin menjadi hal penting dalam pemberdayaan kader eksakta dan visi PMII kedepan dalam kepemimpinan nasional.
-Pertama, Konsep Pendampingan Anggota. Melalui konsep ini, bahwa setiap pengurus rayon yang sudah melewati masa berproses yang panjang dan sudah teruji dijadikan sebagai pendamping atau pembimbing bagi 3 atau 5 anggota baru PMII dan mempunyai garis koordinasi dari Ketua Rayon dan bidang Kaderisasi Rayon dengan konsep-konsep yang telah disepakati. Pendamping disini harus mampu menjadi fasilitator, jasa konsultasi kehidupan perkuliahan, bahkan menanamkan ideologisasi PMII secara massif , konstruktif, dan membangun kedekatan secara emosional. Contohnya seperti mengajak anggota baru ini untuk nongkrong di warung kopi ataupun camping ke gunung tapi dalam kegiatan tersebut diisi dengan penanaman ilmu-ilmu ideologi PMII.
-Kedua, Pembuatan Kurikulum Bacaan
Anggota. Bagaimanapun alibi dan dalih yang dibuat untuk mendampingi para
anggota baru, membaca adalah tradisi intelektual yang wajib dilestarikan dalam
tradisi ke-PMII-an. Buku-buku yang dibaca bisa disesuaikan dengan rasa
keingitahuan anggota baru, misalkan setelah MAPABA, disarankan membaca
buku-buku yang lebih kea rah muatan ideologi ke-PMII-an, kemahasiswaan, dan
ASWAJA secara mendasar, sehingga mereka anggota yang baru di MAPABA-kan
memiliki wawasan ideologis yang luas.
Pembuatan kurikulum bacaan kader juga menjadi salah satu pola kaderisasi yang ada di PMII Rayon Politeknik Negeri. Moco (bahasa jawa dari baca) merupakan salah satu pola kaderisasi yang digagas oleh bidang kaderisasi di PMII Rayon Politeknik, yang dimana tiap anggota memilih buku apa yang ingin dibaca dan diberikan waktu untuk membaca buku yang diambil selama satu minggu dan setelah satu minggu akan mempresentasikan apa yang telah dibaca dan apa saja yang dipahami dari isi buku yang dipilih.
-Ketiga,
Pembuatan Kelompok Kajian Minat dan Bakat.
Kelompok ini diharapkan mampu mengakomodir potensi-potensi akademik
anggota, seperti berkontribusi dalam suatu pembuatan desain grafis, desain
interior, sinematografi, fotografi, kuliner, pembuatan produk teknologi, dan
lain-lain. Selain itu, kelompok ini juga harus mampu untuk kemudian memahami
berbagai problematika dalam pengembangan IPTEK Nasional sehingga bisa dicari
titik kesimpulan solusi pengembangan IPTEK yang diharapkan ke depan. Kelompok
kajian minat dan bakat juga digagas oleh pengurus Rayon PMII Politeknik Negeri
Manado, dimana didalamnya memuat beberapa kelompok profesi dari teknik listrik,
teknik sipil, dan pariwisata. Yang dimana kelompok ini menciptakan kajian
maupun pelatihan untuk anggota-anggota PMII yang ada di Rayon Politeknik Negeri
Manado, contohnya seperti Pelatihan Autocad untuk mahasiswa teknik sipil,
teknik listrik, dan teknik mesin. Ada juga pelatihan Design Graphic dan Street
Photography untuk mahasiswa teknik informatika dan juga yang mempunyai minat di
bidang photography dan desain grafis. Dan pelatihan bahasa inggris untuk
anggota yang mempunyai minat dalam hal reading,
speaking, listening, writing yang menjadi 4 dasar skill dalam berbahasa
Inggris.
Konsistensi:
Akar Problematika Kaderisasi
Dalam realisasi system apapun, hal yang
kemudian sering menjadi problem adalah konsistensi. Sulit untuk kemudian
menjalankan sebuah rencana jangka panjang secara pribadi bagi anggota PMII
maupun secara keseluruhan organisasi dengan konsistensi. Termasuk disini adalah
konsistensi dalam menjalankan sistem kaderisasi PMII.
Gagasan system kaderisasi yang ada, selain memang karena kurangnya sosialisasi, konsistensi dalam menjalankan system kaderisasi seringkali menjadi masalah dalam proses pemberdayaan kader. Mungkin sudah banyak buah-buah pikiran sampai perdebatan dari yang mengurus PMII dalam membuat strategi dan system kaderisasi, tapi terkadang nyatanya dalam implementasinya? Nihil. Padahal sangat penting bagi seorang pengkader untuk konsisten untuk menjalankan suatu system kaderisasi yang telah digagas untuk kemudian membentuk kader-kader penerus yang diharapkan sebagai hasil atau output dari system kaderisasi.
Menjaga konsistensi memanglah sulit untuk dilakukan, ketika kita sebagai pengkader terkadang belum ataupun tidak tuntas dengan dirinya sendiri. Tuntas disini bisa diartikan bahwa sebagai pengkader, kita belum mampu menjadi kader pelopor, apalagi menjadi sebagai kader inti yang ideologis, bahkan mungkin masih dalam kategori kader simpatisan. Bisa jadi, jika dinilai secara ideologis, kita belum bisa meyakini bahwa PMII adalah organisasi yang memiliki nilai-nilai yang patut diperjuangkan dan mempertahankan eksistensinya di Indonesia sebagai Organisasi Mahasiswa terbesar dengan semangat pembela bangsa penegak agana. Sehingga sudah sepatutnya bagi kita sebagai kader PMII untuk intropeksi dengan bertanya pada diri, PMII-kah kita? Pantaskah kita sebagai kader PMII? Sudahkah kita merealisasikan nilai-nilai ke-PMII-an dalam kehidupan kita? Yang dimana Pertanyaan seperti ini tidak perlu dijawab oleh lisan sahabat dan penulis. Namun harus kemudian dijawab oleh hati dan jiwa masing-masing pribadi sahabat.
Simpul dan
Saran
Gagasan yang Essay ini tawarkan hanya bagian
kecil dari gagasan-gagasan system kaderisasi di PMII yang penulis ketahui dan
pelajari selama berproses di PMII. Penulis kira, masih banyak kader PMII yang
lebih baik atau lebih detail dari penulis dalam mencari formulasi kaderisasi
yang lebih baik dan lebih efektif. Gagasan-gagasan tentang formulasi kaderisasi
di kampus eksakta tersebut juga seharusnya menjadi sesuatu yang wajib dilirik
dan dinikmati khalayak PMII terkhususnya bagi anggota ataupun kader PMII di
kampus eksakta.
Essay ini dibuat untuk menjadi tambahan
referensi untuk PMII hari ini dari keresahan sahabat-sahabat dan penulis sendiri
tentang kurangnya pendalaman basis keilmuan eksakta bagi anggota-anggota di
lingkup PMII saat ini dalam berorganisasi. Ditambah lagi dengan tantangan
kaderisasi di kampus yang mempunyai dasar keilmuan eksakta yang tidak
memberikan waktu yang banyak untuk mahasiswanya berorganisasi dengan padatnya
mata kuliah. Tapi ada yang harus kita ketahui tentang kondisi dan tantangan
tiap kampus yang berbasis keilmuan eksakta itu berbeda-beda, seperti contohnya
di kampus Politeknik Negeri Manado yang dimana masih kurang-nya pendalaman
ilmu-ilmu agama maupun social bagi mahasiswa dan juga kultur ber-organisasi
secara ideologis masih kurang untuk wilayah organisasi intra kampus dan PMII
hadir menyajikan hal yang tidak bisa kita dapatkan di kampus mungkin seperti ilmu-ilmu
Aswaja, Islam Nusantara, Paradigma, Ekopol, NDP, Gender, MTS, dan lain-lain.
Diharapkan essay ini dapat menjadi tambahan
referensi untuk PMII sendiri dalam melihat tantangan kaderisasi hari ini dan
beberapa tahun kemudian dengan melihat beberapa tantangan yang telah penulis
paparkan diatas sekaligus mempertimbangkan beberapa saran yang telah diberikan
untuk ditindak lanjuti secara skala paling kecil yaitu rayon dan mungkin skala
terbesar yaitu nasional.
Demikian apa yang dapat saya tulis, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis agar bisa dijadikan bahan evaluasi. Apabila terdapat kesahalan mohon dapat dimaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, dan lupa.
Catatan tambahan : Tulisan ini pertama kali dipublish sebagai salah satu syarat mengikuti Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Komisariat Universitas Sam Ratulangi Cabang Manado pada tanggal 6-8 November 2020
Daftar Pustaka
https://larasbumi.wordpress.com/2016/06/14/ekstraksi-kader-eksakta/
Wahid, M. Hasanuddin. 2017. “Nyanyi
Sunyi Milestone Kader Eksakta PMII” dalam Achmad Fauzi (Ed.) PMII Dalam Bingkai
Eksakta editor.Malang: Galileo Media Pustaka
Abidurrohman, Sabarudin Rery,
Herwanita. 2013. “Penguasaan The Leading
Sectors” dalam Agus M Herlambang (Ed.) Hasil-Hasil Musyawarah Pimpinan Nasional
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Tahun 2012
Ali Muhson, Daru Wahyuni, Supriyanto
& Endang Mulyani. 2012. Analisis Relevansi Lulusan Perguruan Tinggi Dengan
Dunia Kerja. Volume 8, No.1
0 Komentar