Perempuan; Pendidikan, dan Islam, Bisakah?

 Oleh : Nurul Wafiq Azizah Rabana


Melihat kondisi perempuan dalam berpendidikan saat ini di mana banyak mendapatkan batasan-batasan untuk dapat melangkah lebih jauh, disebabkan karena adanya kontruksi sosial bagi perempuan yang tertanam pada masyarakat sehingga muncul stigma yang menyebabkan perempuan tidak memiliki banyak pilihan pada akhirnya, belum lagi persoalan yang besar bahwa katanya agama membatasi perempuan karena dianggap beralih dari kodratnya. Hal ini membuat pendidikan hari ini seolah-olah membelakangi Perempuan.

Pendidikan dan perempuan adalah dua elemen yang berbeda namun tak dapat dipisahkan. Sistem pendidikan jika tak menyertakan perempuan maka itu bukan esensi pendidikan, karena pendidikan adalah bagimana menciptakan keadilan yang humanis. Karena dengan mengalienasi perempuan dari pendidikan, maka sama halnya dengan melanggengkan kebodohan untuk dominasi kekuasaan pada segelintir mahkluk.

Kita bisa lihat dari banyaknya orang yang mengatakan bahwa perempuan tidak perlu menuntut ilmu setinggi-tingginya, karena pekerjaan perempuan pastinya hanya berujung di sumur, kasur dan dapur. Bisa dilihat misalnya sebagai contoh, perempuan yang merupakan anak tunggal dan dari keluarga yang kurang mampu dituntut untuk segera menikah, dan juga bagi seorang istri tidak boleh meraih pendidikan lebih tinggi dari seorang suami. Padahal kewajiban menuntut ilmu tidak hanya diberikan kepada laki-laki melainkan juga merupakan kewajiban bagi perempuan. Rasulullah SAW Bersabda dalam sebuah hadist yang berbunyi :

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224).

Hadist tersebut memberi penjelasan bahwa dalam islam hukum menuntut ilmu bagi wanita adalah wajib, laki-laki dan perempuan sederajat dalam menuntut ilmu. Jadi menuntut ilmu tidak hanya dibatasi untuk laki-laki tetapi juga diwajibkan untuk perempuan.

Tapi di balik itu semua hari ini juga dapat dilihat bagaimana perempuan-perempuan yang mulai berani menyatakan pilihan, keinginan, maupun terang-terangan menolak batasan-batasan tersebut. Dari perbandingan yang ada dalam permasalahan sosial tersebut, bagaimana sebenarnya kita terutama sebagai perempuan menyikapi hal tersebut? Bagaimana cara kita untuk mematahkan stateman seperti; “Perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi, toh ujung-ujungnya hanya di dapur”? Dan bagaimana paradigma perempuan hari ini dalam melihat permasalahan tersebut? Apa benar Islam tidak memberikan peranan lebih untuk Perempuan berkiprah di bidang Pendidikan?

Pendidikan Perempuan Masa Kini

Bicara peran pendidikan perempuan, bisa dimulai dari bagaimana Perempuan masih mengalami tindakan represif yang didasari oleh interpretasi agama yang cenderung dimaknai secara konservatif dan cenderung bias gender. Pemikiran tersebutlah yang menyebabkan terjadinya kemunduran dalam konteks pendidikan bagi perempuan. Salah contohnya di Indonesia sendiri, terdapat faktor yang menjadi salah satu penyebab ketertinggalan perempuan untuk merasakan pendidikan. Pada Mei 2017 lalu, Sanita gadis yang berasal dari Jawa Tengah yang akan dinikahkan orang tuanya pada usia yang cukup belia yakni 13 tahun, atas dasar kesulitan secara ekonomi dan mengurangi terjadinya zina. Namun ia menolak dan mengatakan:

“Jika Bapak dan Ibu menghentikan pernikahan ini dan membiarkan saya melanjutkan pendidikan, saya akan membayar seluruh biaya yang Bapak dan Ibu habiskan buat saya. Jika Bapak dan Ibu memaksa saya menikah, maka saya tidak akan punya apa-apa lagi,” (Kutipan dari Tirto.id, Kerikil Tajam Dunia Pendidikan).

Alasan lain menyebutkan bahwa adanya intervensi atau campur tangan antara urusan rumah tangga dan pendidikan. Ketika perempuan ingin melanjutkan studi yang lebih tinggi, maka akan ada hambatan yang menjelaskan bahwa pernikahan menjadi urusan utama dari pada studi, jika merujuk pada kasus Sanita. Dalam konteks budaya yang umumnya kita jumpai di masyarakat Jawa, ada sebuah ungkapan seperti, lebih baik menikah di usia dini dari pada harus menjadi perawan tua karena mementingkan studi, begitu kasarannya. Atau jika ingin mengangkat kasus dari sisi agama, banyak sekali Perempuan yang dituduh keluar dari kodratnya jika dia memilih untuk mengambil peran lebih dalam dunia pendidikan.

Kedudukan Perempuan Dalam Islam

Untuk melihat lebih dalam mengenai pendidikan perempuan dalam Islam, hendaknya terlebih dahulu melihat kedudukan perempuan dalam Islam, hal seperti contoh kasus di atas penting dianalisa karena cara pandang terhadap perempuan akan mempengaruhi bagaimana cara memperlakuakan perempuan, dalam ajaran Islam sesungguhnya perempuan memiliki kedudukan yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek, pertama perempuan sebagai hamba Allah, perempuan juga mempunyai tanggung jawab yang sama dengan laki-laki, yaitu mengabdikan diri kepada Allah SWT, sebagaimana dalam surah ad-Dzariyat ayat 56: ( dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.) dari ayat tersebut sangat jelas bahwa hakikat hidup manusia termasuk perempuan adalah untuk beribadah kepada Allah, tidak ada perbedaan sama sekali antara laki-laki dan perempuan sebagai hamba Allah kecuali ibadah masing-masing.

Perempuan diatur untuk memiliki kedudukan sebagai anggota masyarakat secara umum adalah bagian dari masyarakat sehingga memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan serta kondisi sosialnya terutama dalam menjalankan tanggung jawab amar ma'ruf nahi mungkar. Dari kedudukan tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan adalah makhluk mulia yang penting dalam kehidupan baik sebagai diri pribadi, istri, ibu dan anggota masyarakat, tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam hal kemuliaan dan kedudukan.

Melihat tingginya kedudukan yang diberikan Islam kepada perempuan, maka Islam menekankan pentingnya pendidikan bagi perempuan, Islam tidak melarang perempuan dalam menuntut ilmu asalkan tidak meninggalkan kedudukan mulianya yang telah diberikan Allah kepdanya, penekanan Islam terhadap pendidikan perempuan dapat dilihat, pertama pada masa periode Nabi SAW ini perempuan mendapatkan kedudukan yang terhormat dan setara dengan laki-laki, karena sebelumnya kaum perempuan mendapatkan kedudukan yang sangat rendah dan hina. Hina, hingga kelahiran seorang anak perempuan dianggap suatu aib dan harus membunuh anak itu semasa bayi. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah menganjurkan agar istrinya diajarkan menulis, untuk itu beliau berkata kepada Asy-Syifa (seorang penulis di masa Jahiliyah) tidak maukah anda mengajarkan mantra kepada Hafsah sebagaimana engkau telah mengajarkannya menulis.

Perempuan dan Problematikanya

Dilihat dari bagaimana pendidikan perempuan dan islam memandang itu, sebenarnya kita bisa menyimpulkan bahwa pendidikan dan perempuan bukan hal yang bertolak belakang justru kedua hal itu adalah hal yang saling berkaitan. Dan konsep kebebasan dalam berpendidikan yang sebenarnya digabungkan itu tidak bertolak belakang dengan ajaran islam selagi porsi kedudukan sebgai manusia tidak melenceng jauh. Misalnya seperti  persoalan klasik perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi karena nanti juga hanya berujung di sumur, kasur dan di dapur, bahkan jika ada perempuan anak tunggal di dalam keluarga yang tidak mampu solusinya adalah mereka dituntut untuk segera menikah, karena perempuan nantinya juga hanya akan mengerjakan segala pekerjaan di dalam rumah, mengurusi rumah, memasak, mencuci dan pekerjaan lainnya di dalam rumah, belum lagi jika mereka sudah menjadi seorang istri mereka dituntut untuk mengurus anak dan juga harus melayani suaminya. Ada juga yang berpendapat bahwa seorang istri tidak boleh memiliki pendidikan atau memiliki jabatan yang lebih tinggi dari pada seorang suami, karena mungkin akan ada rasa minder pada diri suami itu sendiri, padahal tidak seperti itu justru apapun gelar seorang suami ataupun istri bisa saling mengangkat kedudukan mereka dan bisa saling menutupi kekurangan di dalam keluarga.

Pemikiran tersebut pada akhirnya hanya akan mengakar jika tidak diutuskan dari diri kita sendiri untuk menjadi permulaan bagi regenerasi kita nanti dalam melihat dan mengambil peran di dunia pendidikan.

Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu pahlawan indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita, Ibu Kartini dikenal sebagai salah satu tokoh yang melakukan pergerakan untuk perempuan di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”  yang berisikan tulisan-tulisan pemikiran-pemikiran kartini tentang kedudukan wanita, pendidikan hingga hak-hak kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ibu Kartini menuliskan bahwasannya perempuan sudah terikat lama dengan adat istiadat dan tidak bisa melakukan pembelajaran. Dunia perempuan sangatlah keras hingga susah untuk sekalipun berjalan keluar dan hal tersebut merampas kebahagiaan dari seorang perempuan. Dengan adanya, pendidikan bagi perempuan pada masa itu membuat perempuan Indonesia mengalami kesejahteraan. Perkembangan suatu negara juga perlu diperhatikan dari segi pendidikan bagi perempuan, walaupun perkembangan sendiri tidaklah terlalu cepat dan langsung meningkat drastis.

Perlu untuk kita ketahui, bahwasannya pendidikan di zaman digital tidak lagi memandang umur, strata, ataupun gender. Jadi, tidak masalah ketika perempuan memiliki jenjang pendidikan yang tinggi. Mereka tidak menyadari bahwa pendidikan bagi seorang perempuan itu sangat berpengaruh dalam kehidupan baik untuk dia sendiri, maupun untuk keluarga dan orang-orang disekitarnya. Karena dengan perempuan berpendidikan itu sangat akan mempengaruhi generasi selanjutnya, perempuan nantinya akan menjadi seorang ibu dimana seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya nanti, seorang ibu tentunya harus mempunyai bekal agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Ketika sang ibu memiliki pendidikan tinggi dan memiliki kecerdasan yang bisa ditularkan ke anaknya maka dari itu anak juga memiliki kecerdasan yang sama dengan ibunya. Karena sekalipun seorang perempuan hanya akan menjadi ibu rumah tangga tetap membutuhkan pendidikan untuk diterapkan ke dalam kehidupan rumah tangga. Pendidikan bagi perempuan juga dapat mencegah pernikahan dini, yang seharusnya anak perempuan itu masih sekolah tetapi sudah dinikahkan oleh orang tuanya dengan alasan meperbaiki ekonomi keluarga, padahal itu tidak akan mnyelesaikan masalah, justru itu hanya akan membantu sementara setidaknya telah mengurangi beban orang tua, tetapi tidak dengan mengubah nasib keluargan, yang justru nanti ujung-ujungnya perempuan yang belum cukup umur tetapi sudah dinikahkan akan lebih rentan mengalami Kekerasan Didalam Rumah Tangga (KDRT), karena mereka masih terlalu dini untuk harus mengerti permasalahan-permasalahan di dalam rumah tangga atau untuk melayani suami, yang seharusnya di usia seperti itu mereka bersekolah, bermain dengan anak-anak seusia mereka dan sebagainya. Dengan pendidikan bagi perempuan juga mengurangi angka kematian, karena pernikahan dini meningkatkan angka kematian akibat kehamilan di usia muda. Data yang ditunjukkan oleh Women UN di tahun 2015, kesadaran pendidikan bagi perempuan memiliki dampak terhadap penurunan angka kematian ibu hamil hingga 66%, hal ini tentunya dikarenakan berkurangnya pernikahan dini.

Simpul dan Pertimbangan

Perempuan berpendidikan dalam islam itu bisa, karena pendidikan bagi perempuan itu sangatlah penting, pendidikan merupakan salah satu aset utama yang harus dimiliki oleh perempuan untuk dirinya dan orang lain terutama untuk keluarganya, sekalipun dia hanya akan menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) tetap dia memerlukan pendidikan untuk bekalnya nanti kepada anak-anaknya.

Saat ini sudah banyak perempuan yang melawan dan memperjuangkan akan hak-hak mereka, sekarang ini sudah banyak perempuan yang menuntut ilmu setinggi-tingginya, yang berusaha untuk bisa sekolah bahkan kuliah walaupun ekonomi tidak mampu, karena sekarang sudah banyak bantuan dari pemerintah yang diberikan kepada masyarakat untuk berpendidikan yaitu dengan memberikan beasiswa.

Agama juga mengatakan bahwa wajib bagi perempuan maupun laki-laki muslim untuk menuntut ilmu. Karena islam sendiri pun memerintahkan kepada umatnya untuk menunut ilmu setinggi-tingginya baik bagi laki-laki maupun perempuan. Karena dengan ilmu perempuan juga bisa memahami dan beriman kepada Allah SWT, karena beriman kepada Allah SWT membutuhkan ilmu bagi setiap manusia untuk paham akan kebesaran Allah SWT.

Jadi dengan data-data yang sudah ada di atas perlu adanya kesadaran bagi kita sendiri sebagai perempuan dan juga perlu dipahami oleh semua orang, agar tidak terus tergiring arus budaya dan faktor ekonomi karena zaman semakin hari semakin berkembang. Dan kita perlu menafsirkan dengan baik ketentuan-ketentuan agama dalam kehidupan.

Catatan tambahan : Tulisan ini pertama kali dipublish sebagai salah satu syarat mengikuti Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Komisariat Universitas Sam Ratulangi Cabang Manado pada tanggal 6-8 November 2020

Daftar Pustaka

https://medium.com/lingkaran-solidaritas/perempuan-dan-pendidikan-implementasi-pemikiran-kartini-603fa062b87a

https://www.kompasiana.com/isnaniahazhari8576/5ce2abd995760e582b2bb922/perempuan-dan-pendidikan-dalam-islam

http://www.smart-girl.org/pentingnya-pendidikan-bagi-perempuan/

http://www.smart-girl.org/kilas-balik-pendidikan-bagi-perempuan-di-zaman-penjajahan/

https://rencanamu.id/post/sudut-pandang/pentingnya-pendidikan-bagi-perempuan

 

  

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar