Mahasiswa Akademis Menghadapi Sistem Pembelajaran Online

 Oleh : Melanie A Patangari


Sejumlah kebijakan pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan masyarakat dari pandemi covid-19. Berbagai kebijakan extraordinary seperti Sosial Distancing, Physical  Distancing dikeluarkan pemerintah dalam upaya meredam dampaknya agar tidak makin dalam, salah satu dari serangkaian kebijakannya tak lain yaitu seperti yang telah dialami sejumlah masyarakat Indonesia sekarang dimana masyarakat diwajibkan untuk melakukan segala kegiatannya dirumah baik kegiatan penting maupun kegiatan optional. Kondisi ini tentu membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah serta dalam pengaplikasiannya dan hasilnya pun tidak cukup efektif.

Kebijakan yang diterapkan pemerintah di kalangan masyarakat termasuk Mahasiswa tentunya amat sangat dirasakan penerapnya. Terlebih lagi yang berada di lingkungan akademik tentunya, tidak ada pilihan lain selain mengikuti kebijakan pembelajaran daring melalui internet yang dimana niat belajar saja tidak cukup untuk menyempurnakan pembelajaran tersebut. Tentunya berbagai fasilitas yang sangat mungkin tak dapat dicapai oleh sebagian mahasiswa atau pelajar seperti Akses internet. Berdasarkan data survei internet dari Asosiasi Penyelenggara Jasa internet Indonesia (APJII) tahun 2018, pengguna internet di Republik ini mencapai 171,17 juta jiwa dari 264,16 juta penduduk naik sebesar 10,12 persen dibandingkan tahun 2017. Meski begitu, masih ada sekitar 92,99 juta penduduk yang belum terkoneksi internet. Data ini membuktikan bahwa pemerintah masih belum optimal dalam pemerataan akses jaringan internet yang berati juga pemerintah tak mampu dalam menghadapi permasalahan ini.

Ketidaknyamanan atas kurangnya pengoptimalan kinerja pemerintah dalam pandemi ini tentu sangat berpengaruh dalam kualitas pembelajaran, Yang sebagaimana telah kita sadari dan rasakan bersama, pembelajaran ini kurang efektif dan target kurikulum tidak bisa tercapai hanya dengan mengandalkan pemerintah dan pasrah pada situasi. Lantas bagaimana  kita sebagai mahasiswa di kalangan akademis menghadapi kebijakan pemerintah di masa pandemi ini?

Keadaan sosial sebagai dampak kebijakan pemerintah

Wabah Covid-19 di Indonesia telah berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 8 bulan, penyebaran Covid yang semakin banyak mengindikasikan bahwa kemampuan negara belum optimal dan menciptakan ruang ketidakpastian dalam tatanan kehidupan sosial. Hal itulah yang menjadi pemicu tekanan psikologis pada masyarakat, Akibatnya timbul rasa tidak peduli terhadap kebijakan pemerintah dan bahkan melahirkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Sejak awal publik telah menilai bahwa kebijakan yang diterapkan pemerintah tidak konsisten.

Baru-baru ini masyarakat juga dibuat bingung dengan kebijakan baru yang diterapkan pemerintah pusat Joko widodo dan Ma’ruf Amin yaitu New Normal. New normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan Covid dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi, Pemerintah juga telah mengumumkan rencana mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. Menurut World Health Organization (WHO) tiap negara yang hendak melakukan transisi, pelonggaran pembatasan, dan skenario new normal harus memperhatikan beberapa hal yaitu Pertama, bukti bahwa transmisi covid dapat dikendalikan. Kedua, kapasitas kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak dan mengkarantina.  Berdasarkan survey oleh Indo Barometer (IB) pada tanggal 12-18 Mei 2020 tentang kepuasan masyarakat terhadap penanganan Covid oleh pemerintah pusat menunjukkan bahwa ada 53,8% yang merasa tidak puas (Gabungan puas dan tidak puas sama sekali), dan ada 45,9% yang merasa puas (Gabungan puas dan sangat puas).

Kebijakan pemerintah mengenai New Normal harus dikaji secara matang. Hal ini dikarenakan respons masyarakat yang beragam dalam menyikapi kebijakan tersebut. Pemerintah juga harus mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan, agar masyarakat Kembali percaya kepada pemerintah dengan inovasinya menghadapi pandemi covid-19 ini.

Pembelajaran Online di Masa Pandemi

Online Social Networking adalah platform ataupun media online yang digunakan untuk membuat sebuah hubungan sosial ataupun jaringan sosial antar individu untuk berbagi berbagai minat dan aktivitas. Kebanyakan Online Social Networking ini memberikan ruang ataupun kesempatan bagi penggunanya untuk berbagi opini, minat, aktivitas-aktivitas dan kejadian-kejadian terhadap seseorang yang berada di lingkup lingkungan sosial mereka. Media online merupakan solusi sementara dalam memfasilitasi pembelajaran di masa pandemi ini. Kendati begitu pandemi ini mampu mengakselerasikan pendidikan 4.0. dan sistem pembelajaran ini dilakukan dengan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Pembelajaran daring ini cenderung menuai banyak pro dan kontra dari penggunanya, dilihat dari respon kontranya yaitu kurangnya fasilitas yang menunjang pembelajaran online, Seperti internet yang membutuhkan kuota extra. Belum lagi pemerataan jaringan yang belum optimal ke seluruh pelosok desa.  Faktanya bahwa, para kalangan pelajar tidak semuanya berada pada kelas menengah atas, maka perlunya perhatian dari pemerintah dengan sigap menanggapi segala keluh kesah masyarakat, sebab respon masyarakat menjadi tolak ukur keberhasilan pemerintah dalam menghadapi situasi ini.

Senior Experten service (SES) Germany prof. Doc. Gerhad Fordwengel menyatakan bahwa wabah corona ini justru menjadi katalis atau pemggerak yang hebat untuk memacu dunia pendidikan. Seperti lebih banyak mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam aktivitas pembelajaran jarak jauh.

Namun begitu ada banyak tantangan besar dalam pelaksanaan model pembelajaran jarak jauh. Salah satunya, Civitas akademika belum terbiasa menggunakkan sistem pembelajaran yang bersifat blended dan sepenuhnya online. Namun, beberapa orang menganggap pembelajaran online membutuhkan motivasi diri yang lebih tinggi, Instusi menyadari bahwa dukungan pendidikan sama pentingnya dengan umpan balik tutor, dan sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa pelajar menerima tingkat dukungan yang sama yang akan mereka terima di kampus.

Mahasiswa Akademis menghadapi kebijakan pemerintah (Pembelajaran online)

Terlepas dari pemerataan akses internet, yang tentunya mahasiswa dengan kapasitasnya tidak akan mampu menghadapi permasalahan tersebut secara langsung tapi mahasiswa dapat menjadi katalisator dalam menghadapi keadaan ini dengan bijak, seperti menyuarakan keluh kesah baik dari kalangan civitas maupun masyarakat. Mahasiswa mempunyai peran dan kontrol sosial yang menjadi tugas bagi mahasiswa, tidak hanya memikirkan diri sendiri, tanpa melihat kondisi yang lebih luas, pemikiran yang diambil haruslah lebih luas tidak hanya melihat satu sudut pandang dan berfokus pada 1 hal kecil semata. Mahasiswa harus melihat dan berpikir tentang segala perubahan agar pandemi ini akan lebih cepat teratasi.    

Sebagian mahasiswa memandang pembelajaran daring enak karena jadi punya waktu yang fleksibel. Ada juga yang berasumsi bahwa pembelajaran daring tidak worth it, dan membuatnya menjadi lebih malas, juga terkesan mengabaikan tugas-tugas maupun materi yang diberikan oleh para dosen. Pernyataan tersebut tidaklah salah, melihat model pembelajaran para mahasiswa yang cenderung lebih dapat dipahami lewat berdiskusi secara luring. Riset menunjukkan bahwa murid dan mahasiswa akan belajar lebih baik ketika mereka terlibat secara aktif, daripada hanya mendengar ceramah dari pengajar secara pasif. Ditambah lagi, tidak sedikit dosen yang terkesan cuek dan hanya berpacu pada kebijakan pemerintah, tanpa memperhatikan apakah materi yang diberikannya dapat di pahami oleh para mahasiswa atau hanya sekedar menjadi angin lalu. Walaupun pemerintah telah bersinergi dalam kebijakan-kebijakannya dimasa pandemi sebagai perwujudan kesejahteraan dan kenyamanan pembelajaran, akan tetapi antusias dari mahasiswa dan dosen tetap dibutuhkan guna terpenuhinya target pembelajaran yang signifikan.

Sebagai mahasiswa tidak hanya menuntut tapi juga mengembangkan perannya. Gelar mahasiswa bukanlah sembarang gelar yang diberikan, tanggung jawab, ekspetasi, inovasi, kreativitas, dan lainnya merupakan suatu hal yang menempel pada diri mahasiswa. Mahasiswa harus memikirkan strategi untuk menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan. Strategi yang dapat diterapkan juga dapat menjadi solusi dalam menghadapi perkuliahan online. Strategi yang dapat diterapkan mahasiswa dalam menjalani kuliah online secara maksimal yaitu pertama, menjauhkan diri dari distraksi, yang dimaksudkan yaitu menjauhkan diri dari sesuatu yang membuat kita teralih, yang dimana mungkin datang dari orang-orang sekitar, media sosial sebagai penghibur dan penghalang lainnya. Dengan ini maka mahasiswa akan lebih fokus dalam memahami materi perkuliahannya juga interaksi antar dosen dan sesama mahasiswa lebih intensif. Kedua yaitu mengenal gaya belajar, setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda, Apakah belajar dipagi lebih mudah berkonsentrasi daripada malam hari atau sebaliknya? Tergantung dengan kenyamanan masing-masing pribadi. Ketiga perlakukan kuliah online seperti kuliah konvensial, meskipun tampak berbeda, kuliah online tidak bisa dianggap remeh karena kuliah online sama pentingnya dengan kuliah konvensional.  bersikaplah serius saat mendengarkan penjelasan dari dosen dan mencatat apa yang dirasa penting. Keempat yaitu bertanggung jawab, saat memasuki dunia kuliah pasti ada tujuan yang ingin dicapai, pastikan mahasiswa harus mengikuti target tersebut dan bertanggung jawab atas semua langkah-langkah yang dirasa harus ditempuh. Kelima yaitu berpartisipasi aktiv saat kuliah online, Pastikan tidak menjadi mahasiswa yang pasif, sering mengajukan pertanyaan dan pendapat yang relevan. Dan yang terakhir selalu menjalin komunikasi dengan mahasiswa lain, terkadang mengikuti kuliah online seperti belajar seorang diri, membangun komunikasi dengan mahasiswa lain sangat penting selain menjalin relasi juga bisa menjadi tempat untuk menukar pikiran dan saling memberikan solusi.

Simpul

Di masa pandemi covid-19 ini, sebagai mahasiswa generasi muda kita di undang untuk   menyatakan jati diri kita, kita disuguhkan dengan realita bahwa kita tidak bisa berdiam diri dan pasrah begitu saja dalam menghadapi keadaan ini. Mahasiswa bukanlah sekedar gelar. Tanggung jawab, ekspetasi, inovasi, dan kreativitas menempel pada diri kita,  hal-hal tersebut harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Kuliah online bukan hanya sekedar rekonstruksi bangunan pendidikan tetapi juga menjadi acuan koreksi diri terhadap kepedulian demi kesejahteraan manusia.

Pembelajaran online merupakan solusi terbaik saat pandemi ini. Namun, pembelajaran efektif tergantung juga dengan bagaimana kampus menjalankan sistem pembelajaran. Dari pihak kampus mahasiswa harus berinovasi dan menemukan cara. Memanfaatkan segala kesempatan juga mendiskusikannya dengan baik dengan pihak kampus agar pelaksanaan kuliah online berjalan dengan nyaman tanpa permasalahan apapun. Semoga keadaan dimasa pandemi ini lekas membaik  serta pengoptimalan kinerja pemerintah tercapai dan kita sebagai Mahasiswa memiliki jati diri yang mau bangkit dan berusaha.

Catatan tambahan : Tulisan ini pertama kali dipublish sebagai salah satu syarat mengikuti Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Komisariat Universitas Sam Ratulangi Cabang Manado pada tanggal 6-8 November 2020

Daftar pustaka

https://www.kemenkeu.go.id/

Replubika.co.id/survei Indo barometer

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)

Luthfi T. Dzulfikar, The Conversation, Daryono, Tian Belawati April 30, 2020 3.12pm WIB

Swara.tunaiku.com



Reactions

Posting Komentar

0 Komentar